BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Produk sains berupa pengetahuan
tentang sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Proses ilmiah merupakan serangkaian prosedur empirik dan analitik. Prosedur
empirik mencakup antara lain pengamatan (observasi), klasifikasi, dan
pengukuran. Menurut Darmodjo, prosedur analitik mencakup penyusunan hipotesa,
perancangan eksperimen, penarikan kesimpulan, dan peramalan.pemahaman terhadap
sains seyogyanya tidak hanya memandang sains sebagai produk tetapi juga sebagai
proses.
Pengembangan
kemamapuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan
penigkatan kemampuan dalam memasuki teknologi informasi. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum berbasis materi (content-
based) atau siswa belajar sejumlah fakta ke pengembangan kurilulum berbasis
kompetensi (competency-based), dimana
ada keseimbangan peningkatan kemampuan konseptual dan prosedural. Pendidikan
sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa perlu dibantu
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar
dan memahaminya.
Pada
prinsipnya, pelajaran sains di sekolah membekali siswa kemampuan berbagai cara
“mengetahui” dan cara ‘mengerjakan” sesuatu yang dapat membantu siswa memahami
alam sekitar secara mendalam. Menurut Piaget, kebanyakan anak usia sekolah
dasar (7-11 tahun), tingkat perkembangan intelektualnya berada pada tahap
operasional konkrit. Pada tahap ini, anak berpikir logis dengan
menggunakan benda-benda konkrit untuk
diotak-atik sesuai dengan kemauannya. Memberi kesempatan pada anak untuk
mengeksplorasi obyek yang dipelajari akan membantu proses berpikirnya, sehingga
pembelajaran
akan tertanam dalam pikirannya dan menjadi
bermakna. Pengoperasian (pengutak-atikan) benda-benda konkrit menurut Gega juga
merupakan keterampilan berpikir. Karena hidup penuh dengan masalah dan
tantangan, maka tugas guru adalah mengajarkan bagaimana berpikir untuk
menghadapi masalah.
Sejak
dini sebaiknya siswa sudah dilibatkan dalam proses sains sesuai taraf
perkembangannya intelektualnya, sehingga pada gilirannya anak akan memiliki
keterampilan proses sains. Salah satu usaha yang dilakukan pada pembelajaran
IPA adalah dengan menggunakan keterampilan proses sains. Menurut Gage,
keterampilan ini digunakan oleh para sceintice
(ilmuwan) dalam memecahkan masalah.
Melalui keterampilan proses sains, diharapkan siswa dapat mengalami proses
sebagaimana yang dialami oleh para ilmuwan dalam usaha memecahkan
misteri-misteri yang ada di alam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, penulis
mengidentifikasikan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Metode Pemecahan Masalah ?
2.
Bagaimana
Keterampilan IPA ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan, penulis dapat menentukan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
a) Mengetahui
Metode Pemecahan Masalah
b) Mengetahui
keterampilan IPA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
METODE PEMECAHAN MASALAH
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki
strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada
tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik
penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk
memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode
yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan
akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu
berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala
persoalan.
Metode pemecahan masalah digunakan dalam pembelajaran
yang membutuhkan jawaban atau pemecahan masalah. Sebagai metode mengajar,
metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa.
Dengan metode ini, para siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur
kerja ilmiah.
1. Pengertian Metode Pemecahan
Masalah
Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991
: 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai
titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Metode pemecahan masalah ini sering
dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking
method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah
sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk
mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode
pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa.
Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur
kerja metode ilmiah.
2. Langkah-langkah Metode Pemecahan
Masalah
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan
masalah dapat disarikan sebagai berikut:
a.
Adanya masalah yang dipandang penting;
b.
Merumuskan masalah;
c.
Analisa hipotesa;
d.
Mengumpulkan data;
e.
Analisa data;
f.
Mengambil kesimpulan
g.
Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh;
dan
h.
Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah
(Depdikbud, 1997: 23).
Dengan cara tersebut diharapkan anak-anak didik untuk
berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih
tepat digunakan di kelas tinggi.Sedangkan menurut Nahrowi Adjie dan
Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah penyelesaian masalah antara lain
adalah;
(1) memahami
soal,
(2) memilih
pendekatan atau strategi,
(3)
menyelesaikan model, dan
(4) menafsirkan
solusi.
Pada prinsipnya kedua langkah penyelesaian masalah di
atas adalah sama, hanya saja pendapat yang kedua lebih singkat dan padat.
Berkaitan dengan masalah penelitian ini penulis lebih cenderung menggunakan
langkah-langkah penyelesaian masalah matematika yang dikemukakan oleh Nahrowi
Adjie dan Maulana, karena lebih sederhana dan mudah dipahami.
3. Teknik Pembelajaran Pemecahan Masalah IPA
Salah satu tugas guru dalam proses
pembelajaran adalah memilih metode dan teknik pembelajaran, di samping
menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media, dan menentukan alat
evaluasi. Keterampilan guru dalam menentukan teknik pembelajaran yang tepat
akan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru harus profesional dalam menentukan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik konsep pembelajaran
4.Macam-macam Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode
pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan -
persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif ( naluriah )
maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh
binatang.
Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah
laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa.
Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak
disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan
berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
Dalam menghadapi masalah yang
lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara Strategi berarti rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Di dalam proses
pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan baik. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah
menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar.
Ciri-ciri penggunaan metode pembelajaran itu baik,
bila semua kegiatan pembelajaran dapat:
1) Mengundang rasa ingin
tahu murid;
2) Menantang murid untuk
belajar;
3) Mengaktifkan mental,
fisik dan psikis murid;
4) Memudahkan guru;
5) Mengembangkan
kreativitas murid; dan
6) Mengembangkan
pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari
Beberapa teknik penyajian dalam pembelajaran IPA,
yaitu:
1) Inquiry atau
menemukan;
2) Konstruktivisme;
3) SETS atau
Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat;
4) Pemecahan Masalah;
5) Diskusi;
6) Tanya-jawab;
7) Penugasan;
8) Karya wisata;
9) Demonstrasi;
Inquiry
Inquiry adalah suatu cara yang digunakan guru untuk
mengajar di depan kelas yang dapat dilakukan dengan cara anak didik diberi
kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga ia dapat menemukan cara
penyelesaiannya.
Tujuan teknis Inquiry
- Membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri
- Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri
- Mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
- Memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri.
- Mendorong murid memperluas informasi
Dengan teknis Inquiry ini anak didik dilatih untuk:
- Menyusun rencana kegiatan;
- Menentukan sasaran kegiatan;
- Menentukan target kegiatan;
- Berkomunikasi dengan orang lain; dan
- Mencari sumber informasi.
SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat;
Dalam pembelajaran sains berpendekatan SETS yang perlu
ditampilkan adalah sebagai berikut:
- Tetap memberi pengajaran IPA,
- Siswa dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan
dengan sains atau memanfaatkan konsep IPA kebentuk teknologi untuk
kepentingan masyarakat,
- Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur IPA
yang dipelajari dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi
berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan SETS sebagai berikut
- Pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan proses dan cara
berpikir tingkat tinggi (hinger order thinking) agar unsur
teknologi dari sains tampak,
- Mengaitkan dampak lingkungan dengan melakukan model pembelajaran
melalui kunjungan ke obyek atau ke situasi buatan dengan sasaran yang
memanfaatkan IPA dan teknologi yang diterangkan guru,
- Model pembelajaran dengan mempergunakan terminologiy cognitive
agar siswa dapat menganalisis pengaruh IPA dan teknologi bagi masyarakat.
Pembelajaran IPA yang diintegrasikan dengan konteks
SETS memerlukan kesediaan guru atau pendidik untuk memiliki cara pandang
terbuka disamping selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di
dalam masyarakat berkenaan dengan subjek IPA. Untuk itu diperlukan kepekaan
yang tinggi dari guru IPA terhadap situasi di masyarakat yang bernuasa IPA.
Pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan pengembangan kemampuan
berpikir analitis-kritis melalui latihan memecahkan masalah dan didasarkan pada
dunia nyata anak.
Ciri-ciri teknik pemecahan masalah:
- Pengajuan pertanyaan atau masalah
- Berfokus pada keterkaitan antardisipiln
- Penyelidikan otentik
- Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Diskusi
Teknik mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam
pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang
harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.
Tujuan penggunaan teknik diskusi agar siswa dapat:
- Mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi masalah;
- Menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang baik dan benar;
- Menghargai pendapat orang lain, dan
- Berpikir kreatif dan kritis.
Dalam teknik diskusi siswa dilatih untuk:
- Merumuskan masalah;
- Menetapkan tema pembicaraan;
- Menyampaikan pendapat dengan bertanggung jawab;
- Menghargai pendapat orang lain;
- Menarik kesimpulan; dan
- Menyusun laporan diskusi
Teknik tanya-jawab
Ialah suatu teknik untuk memberi motivasi para murid
agar timbul keberaniannya untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan
- Siswa dapat mengerti dan mengingat kembali materi yang dipelajari,
didengar atau dibaca.
- Siswa dapat berpikir secara kronologis atau runtut.
- Siswa dapat mengetahui taraf pengetahuan dan pemahamannya.
- Siswa dapat memahami bacaan.
Dalam tanya jawab siswa berlatih:
- Merumuskan pertanyaan;
- Menyebutkan fakta;
- Menyampaikan opini atau tanggapan;
- Mengungkapkan kembali uraian secara runtut;
- Menggunakan kata tanya; dan
- Bersikap kritis.
Penugasan
Teknik penugasan merupakan tugas atau pekerjaan yang
sengaja diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu
diberikan kepada anak untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk
menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah
dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari
awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak dapat diberikan secara
perseorangan atau kelompok.
Karyawisata
Bagi anak karyawisata berarti memperoleh kesempatan
untuk mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara
langsung. Karyawisata juga berarti membawa anak ke objek-objek tertentu sebagai
pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh
anak di dalam kelas, dan juga memberi kesempatan anak untuk mengobservasi dan
mengalami sendiri dari dekat.
Demonstrasi
Teknik demonstrasi merupakan teknik mengajar yang
menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau
caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi
dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru
harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap
objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi guru sudah
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut.
Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang
menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan pembelajaran bahasa.
Metode merupakan rencana keseluruhan penyajian bahan
bahas secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi,
dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih.
Teknik merupakan suatu muslihat, tipudaya dalam
menyajikan bahan.
B.
KETERAMPILAN IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Produk sains berupa pengetahuan
tentang sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Proses ilmiah merupakan serangkaian prosedur empirik dan analitik. Prosedur
empirik mencakup antara lain pengamatan (observasi), klasifikasi, dan
pengukuran. Menurut Darmodjo, prosedur analitik mencakup penyusunan hipotesa,
perancangan eksperimen, penarikan kesimpulan, dan peramalan.pemahaman terhadap
sains seyogyanya tidak hanya memandang sains sebagai produk tetapi juga sebagai
proses.
Pengembangan
kemamapuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan
penigkatan kemampuan dalam memasuki teknologi informasi. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum berbasis materi (content-
based) atau siswa belajar sejumlah fakta ke pengembangan kurilulum berbasis
kompetensi (competency-based), dimana
ada keseimbangan peningkatan kemampuan konseptual dan prosedural. Pendidikan
sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa perlu dibantu
untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar
dan memahaminya.
Pada
prinsipnya, pelajaran sains di sekolah membekali siswa kemampuan berbagai cara
“mengetahui” dan cara ‘mengerjakan” sesuatu yang dapat membantu siswa memahami
alam sekitar secara mendalam. Menurut Piaget, kebanyakan anak usia sekolah
dasar (7-11 tahun), tingkat perkembangan intelektualnya berada pada tahap
operasional konkrit. Pada tahap ini, anak berpikir logis dengan
menggunakan benda-benda konkrit untuk
diotak-atik sesuai dengan kemauannya. Memberi kesempatan pada anak untuk
mengeksplorasi obyek yang dipelajari akan membantu proses berpikirnya, sehingga
pembelajar
akan tertanam
dalam pikirannya dan menjadi bermakna. Pengoperasian (pengutak-atikan)
benda-benda konkrit menurut Gega juga merupakan keterampilan berpikir. Karena
hidup penuh dengan masalah dan tantangan, maka tugas guru adalah mengajarkan
bagaimana berpikir untuk menghadapi masalah.
Sejak dini
sebaiknya siswa sudah dilibatkan dalam proses sains sesuai taraf
perkembangannya intelektualnya, sehingga pada gilirannya anak akan memiliki
keterampilan proses sains. Salah satu usaha yang dilakukan pada pembelajaran
IPA adalah dengan menggunakan keterampilan proses sains. Menurut Gage,
keterampilan ini digunakan oleh para sceintice
(ilmuwan) dalam memecahkan masalah.
Melalui keterampilan proses sains, diharapkan siswa dapat mengalami proses
sebagaimana yang dialami oleh para ilmuwan dalam usaha memecahkan
misteri-misteri yang ada di alam.
1.
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses
dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-
keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution,
2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik
dan mental terkait dengan kemampuan - kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan
sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri,
1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah
tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan kemampuan peserta didik.
Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan - kemampuan yang
dimiliki peserta didik.
v Pentingnya keterampilan proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan
proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
- Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar
didapatkan agar hasil belajar yang optimal
- Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran ini. (Dimiyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti
mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa
aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan
keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
- Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga
tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa.
- Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh kongkrit.
- Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus
persen penemuannya bersifat relatif
- Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand
ari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
v Mekaisme keterampila proses
Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya
guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Asas pelaksanaan keterampilan proses
Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler
- Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai
kemampuan (potensi) sesuai dengan kudratnya.
- Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta
didik untuk berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
- Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
- Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk
mengola hasil temuannya.
- Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani".
Memperhatikan azas-azas tersebut, nampaknya yang menjadi titik perkenannya
adalah siswa itu adalah siswa itu sendiri sebagai subyek didik dan juga
guru dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses benar-benar
memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.
b. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu
keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu
pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan
proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya. Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
c. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik. Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
- Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik
yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
- Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan
mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda
lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan proses belajar
megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik. Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
- Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi,
gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan
tepat.
- Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran tersebut.
- Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal
dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
- Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang
mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
- Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau
diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru
atau berbeda.
- Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan
dengan masalah yang belum terselesaikan.
- Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi,
ceramah mengarang dan lain-lain.
3. Penutup
Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk
- Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan
hasil yang telah diperolehnya
- Mengadakan tes akhir
- Memberikan tugas-tugas lain .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan
pembelajaran IPA yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa serta
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip IPA di
sekolah dasar adalah menggunakan “PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES”. Hakikatnya Pendekatan
Keterampilan Proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif alam proses
pemerolehan hasil belajar. Oleh karena itu kita sebagai guru yang muda harus
dapat menerapkan pendekatan ketermpilan proses IPA di sekolah dasar demi
meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan khususnya pada mapel IPA.
Keterampilan
proses dasar, meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-
hubungan angka.
B. Saran
Untuk mengoptimilisasikan
proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar,
terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat modern,
seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan
mahal, sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan
menghambat daripada proses pembelajaran IPA di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. d. (1991). Pengelolaan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hernawan, A. H., Riyana, C., & Dewi, L. (2007). Belajar dan
Pembelajaran Sekolah Dasar (1 ed.). Bandung: UPI Press.
Karli, H. d. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi:
Model- model Pembelajaran. Jakarta: BINA MEDIA INFORMASI.
Moedjiono dan Dimyati, M. (1992). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: DEPDIKBUD.
Nasution, N. (2007). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sumantri, M. d. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD.
terima kasih ya,,makalah ny sngat membantu. :)
BalasHapusvisit too my blog
http://yusran-physics.blogspot.com