A.
PENDIDIKAN YANG
BERLANDASKAN NILAI-NILAI AGAMA
1.
Cerminan Nilai-nilai
Agama dalam Tujuan Pendidikan
Sejatinya pendidikan adalah wadah menyiapkan generasi
bangsa sebelum menuju pada kehidupan bermasyarakat yang akan di hadapi setiap
manusia.Di dalam Pancasila yang merupakan landasan bangsa Indonesia menyebutkan
dan meletakkan nilai-nilai religi dalam sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Artinya sebagai bangsa Indonesia maka keharusan bagi kita untuk taat pada
aturan-aturan Tuhan dari masing-masing masyarakatnya. Tujuannaya adalah dalam
hidup bermasyarakat masyarakat Indonesia menempatkan nilai-nilai religi sebagai
landasan bermasyarakat yang baik.
Menurut perspektif religi Islam pendidikan akan
bermutu apabila mampu menyeimbangkan antara nilai-nilai Islami dan nilai-nilai
keilmuan. Cerminan nilai-nilai yang sesuai dengan agama Islam selaras dengan
tujuan pendidikan nasional abad 21 yaitu :
Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera
dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain
dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.(BSNP:2010)
Dari tujuan pendidikan
diatas ada beberapa yang perlu digaris bawahi yaitu cita-cita bangsa, dan
pembentukan manusia yang berkualitas. Perlu diingat bahwa cita-cita bangsa
Indonesia tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945, dimana meletakkan nilai-nilai
religi dalam sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga tujuan pendidikan
Indonesia Abad 21 menekankan pada cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang pada
Pancasila dimana menempatkan nilai religi dalam posisi teratas. Artinya segala sendi-sendi keilmuan harus
mampu membawa seorang meyakini bahwa sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pembentukan masyarakat yang
berkualitas dapat dilihat dari hakikat manusia sebagai khalifah dibumi dan potensi fungsional manusia. Sebagai
khalifah dibumi maka penting bagi seseorang untuk dapat menjadi manusia yang
berkualitas dalam rangka menjalankan tugasnya dan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Sebagai
khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) ini
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam.
Selanjutnya juga dapat
dilihat dari potensi fungsional manusia dimana potensi-potensi yang
dimiliki manusia diberikan Tuhan untuk dapat dipergunakan dan difungsikan dalan
kehidupan mereka. Karena tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat.
Semua ciptaan Tuhan mempunyai maksud dan tujuan, temasuk potensi-potensi yang
diberikan kepada manusia.
2.
Cerminan Nilai-nilai
Agama dalam Materi Kurikulum Pendidikan
Prinsip pengemabngan kurikulum pendidikan Islam disusun dengan
mengikuti tujuh prinsip sebagai berikut :
a) Prinsip pertautan dengan Agama
b) Prinsip universal yang mendatangkan manfaat baik yang bersifat jasmaniyah maupun rohaniyah.
c) Prinsip keseimbangan antara materi yang bersifat religi-akhirat
d) Prinsip Keterkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan
kebutuhan pelajar, dengan lingkungan sekitar baik fisik maupun social.
e) Prinsip fleksibelitas mengikuti perkambangn zaman
f) Prinsip memperhatikan perbedaan individu (multikulturalisme)
g) Prinsip keseimbangan antara mata pelajaran dengan aktifitas fisik yang akhlak.
Dari prinsip-prinsip
diatas sudah sangat tergambar dengan jelas pada kurikulum yang saat ini
dijalankan dalam pendidikan Nasional dimana dalam Kompetensi pertama disbutkan
bahwa “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”. Lagi-lagi
pendidikan nasional menempatakn kompetensi yang mengarah pada ketuhanan dalam
kompetensi pertama hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan kurikulum
pendidikan islam dimana menekankan pertauatan dengan agama.
Selanjutnya Kompetensi inti kedua “Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Hal ini juga ada dalam prinsip pengembangan kurikulum
berdasarkan agama Islam yaitu prinsip ke memperhatikan perbedaan individu (multikulturalisme)
dan prinsip keseimbangan antara mata pelajaran dengan aktifitas fisik
yang akhlak.
Kompetensi inti ketiga adalah “Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata”. Hal ini sesui dengan prinsip
pengembangan kurikulum yang menekankan pada fleksibelitas mengikuti perkambangn zaman, universal yang
mendatangkan manfaat baik yang bersifat
jasmaniyah maupun rohaniyah, prinsip keseimbangan antara materi yang bersifat
religi-akhirat. Dimana kita seperti yang kita ketahu bahwa Kita harus mampu menyeimbangkan
antara dunia dan akhirat. Seperti yang tertuang dalam QS. Al-Qosos: 77 “Carilah
negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu
lupakan bagianmu dari dunia“. Artinya kita tidak bisa mengutamakan salah
satunya namun harus dapat berjalan beriringan, dimana melatakkan dunia sebagai
alat untuk meraih akhirat dan saat menjalankan tugasnya didunia harus mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan.
3.
Cerminan Nilai-nilai
Agama dalam proses pembelajaran
Prinsip proses pembelajaran menurut Islam mengacu pada model pembelajaran Qur’ani, yaitu : kasih
sayang, kegembiraan, keterbukaan, keseimbangan, keterpaduan lingkungan atau integralitas
adalah gagasan yang menjadi prinsip pendidikan Qur’ani yang merupakan implikasi
dan keutuhan pandangan al-Qur’an terhadap manusia. Dari model
pembelajaran Qurani ini dapat kita temui dalam model-model proses pembelajran
dalam pembelajran Nasional. Prinsip pertama yaitu kasih saying, guru adalah
sosok yang memberikan bimbingan arahan dan nasehat kepada peserta didik agar
kehidupan siswa dimasa akan dapat dapat lebih baik, selanjutanya dalam proses
pengajrannya guru saat ini juga telah meinggalkan konsep belajar menggunakan
kekerasan dan lebih pada cooperative
learning, Kegembiraan disini tergambar pada metode, dan model inovatif yang
diterapkan guru saat pembelajaran untuk menarik minat siswa dalam belajar. Keterbukaan,
tergambar pada aktivitas kolaboratif antar siswa dimana untuk abad 21,
kolaboratif termasuk 1 dari 4 kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Kolaboratif sendiri merupakan
kompetensi berkomunikasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak. Sedangkan
keseimbagan tergambar pada penekanan antara dunia dan akhirat dimana selain shalat dan ibadah yang utama lainnya, manusia juga diminta untuk amar ma’ruf, nahi munkar baik pada sesame manusia, hewan tumbungan dan lingkungan
sekitar. Hal ini tergambar dalam proses pembelajaran yang menekankan pada
kehidupan sehari-hari. Dimana misalnya kajian tentang siang dan malam dengan
mengkaji materi ini diharapkan manusia akan semakin mendekatkan diri pada Allah
bahwa dunia ini dikendalikan oleh yang Maha Kuasa. Selanjutnya melalui
kajian-kajian dari kehidupan sehari hari manusia dapat menjalankan amar
ma’ruf, nahi munkar baik dengan
tidak merusak lingkungan, hewan dan tumbungan dan saling hidup berdampingan.
4.
Cerminan Nilai-nilai
Agama dalam system evaluasi pendidikan
Dalam perspektif Islam
evaluasi pembelajaran dilakukan untuk melihat keberhasilan proses pembelajran
dalam rangka pemenuhan tujuan pembelajaran yang selaras dengan nilai-nilai
islam. Dimana pendidikan tidak hanya semua teori keduniaan namuan juga
mneyelaraskan dengan akhirat yang merupakan tujuan pendidikan seorang manusia.
Berkaitan dengan system evaluasi pendidikan nasional juga telah tergambar dari
system penentuan evaluasi yang merujuk pada tujuan pembelajaran nasional. Saat
ini juga pendidikan nasional sudah memasukkan penilaian otentik sebagai salah
satu penilaian yang sangat menentukan kecakapan peserta didik. Penilian otentik
ini adalah penilaian yang
dilakukan untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, proses pembelajaran, sampai keluaran (output) pembelajaran. Menurut pandangan saya evaluasi
merupakan hal yang wajar dan memang harus dilakukan karna Allah melalui musibah
dan cobaan merupakan bentuk evaluasi diri dari manusia. Dari evalusi ini
dapat dilihat taraf kemajuan individu, apakah manusia tersebut memiliki
kompetensi atau masih dalam proses penemuan kompetensi. Dari evaluasi ini dapat
dijadikan tolak ukur dan bahan intropeksi diri menganai kelemahan dan potens
dari seorang individu. Bentuk evalusi di Indonesia beragam yaitu tes tulis dan
tes lisan, dan portofolio.
Komentar
Posting Komentar