Langsung ke konten utama

KONSEP PENDIDIKAN DARI TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN

A. PANDANGAN PENDIDIKAN MENURUT TOKOH-TOKOH
1). Ki Hajar Dewantara
Prinsip Belajar
Penafsiran konsep pedidikan Ki Hajar Dewantara dibidang ide pendidikan merdeka, kodrat alam dan pendidikan anak-anak dipengaruhi oleh Frobel dan Montesori. Prinsip belajar Menurut  Ki Hajar Dewantara atau yang lebih dikenal dengan 3N yaitu Niteni, Nirokake, dan Nambahi.
a.       Niteni
Niteni merupakan kemampuan untuk mencermati, mengenali, dan menangkap makna (sifat, ciri, prosedur, dan kebenaran) suatu objek. Hal ini dapat diartikan merupakan proses perencanaan dan penemuan makna sifat, ciri, prosedur, dan kebenaran) melalui pengamatan indrawi.
b.      Nirokake, dan Nambahi.
Nirokake merupakan proses meniru suatu pandangan yang dilihatnya, sedangkan nambahi meruakan proses menambahkan sebuah objek yang telah melewati tahapan niteni dan nirokake. Pembahasan menganai kedua prinsip Nirokake, dan Nambahi selalu beriringan mengingat berada dalam tatanan bahasa yang sama yaitu aplikasi perolehan proses materi. Perbedaanya hanya pada kadar dan keaktifannya. Dari prinsip ini akan timbul proses kreatif fan inovatif untuk memberi warna pada model yang ditiru.
Pelaksanaan Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dilaksanakan menurut system among yaitu suatu system yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan.
a.       Kekeluargaan adalah sendi yang bernilai menumbuhkan rasa aku dan rasa kita, yang berupaya membangun manusia berjiwa social. Atmosfir pendidikan harus bersifat keluarga dimana antara guru dan siswa selayaknya seperti hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga
b.      Kodrat alam merupakan keadaan lahir dan batin mengenai hidup rohani dan jasmani baik buruk maupun baik yang menjadi pembawaan anak ketika lahir didunia. Pendidikan merupakan langkah untuk menuntun hidup rohani dan jasmani agar dapat tumbuh dengan baik, dan meminimalisir pembawaan buruk.
c.       Kemerdekaan adalah upaya membangun budi pekerti anak dengan cara pembelajaran, teladan dan pembiasaan dan tidak disertai kekerasan. Kemerdekaan ini didasarkan karena Ki Hajar Dewantara hidup di jaman penjajahan sehingga idealisme pendidikan menurutnya harus mampu membawa bangsa ini merdeka.
Kompetensi seorang Guru
Sistem among menurut cara berlakunya juga disebut Tut Wuri Handayani, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Secara umu prinsip tersebut menunjukkan sikap guru selaku pemimpin bagi siswa-siswanya.
1.            Ing ngarso sung tulodo, artinya yang di depan memberi contoh. Artinys seorang guru harus mampu memberi suri tauladan yang baik pada siswa-siswanya karena anak-anak belajar dari apa yang dilihatnya.
2.            Ing madyo mangun karso, artinya yang di tengah membangun. Artinya seorang guru bertugas untuk memberi ide, inovasi dan dukungan pada siswa dalam pembelajaran dikelas.
3.            Tut wuri handayani, artinya yang di belakang memberi dorongatinya seorang guru haarus mampu memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa  sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
Ki Hajar Dewantara selalu menanamkan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak-­anak. Sebab itulah ia mendirikan taman siswa,taman belajar yang merupakan sekolah yang menyenangkan agar anak-­anak tidak takut ke sekolah.
Metode Pembelajaran
Ki Hajar Dewantara  menjelaskan sistem Among dilaksanakan dengan cara-cara mendidik, secara umum proses pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara  harus berlandaskan pada pengalaman dari kehidupan sehari-hari, pembiasaaan, demonstrasi, metode pemecahan masalah, memberi contoh, dan inquiry terbimbing.

Model Pembelajaran Among
Dalam menjalankan prinsip 3N sebagai proses belajar dapat didesain suatu model “Model Pembelajran Among” yang mencakup
1.      Fase Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan isi, proses dan evalusi. Perencanaan isi harus diisi dengan pembelajaran yang problem solving, mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Proses pembelajaran harus menekankan pada aktifitas siswa didalam kelas.
2.   Fase Penciptan Atmosfir Merdeka diartikan sebagai upaya guru dalam menciptakan suasana belajar yang tidak didasari atas paksaan dan tidak dilandaskan pada paksaan karena takut pada hukuman.
3.   Fase Amon, artinya pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa pada  penyelesaian problem solving, dan olah fikir.
4.   Fase Pertanggung jawaban, dalam fase siswa dituntut untuk mengkomunikasikan hasil dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan agar dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih maskimal
2). Al-Gazali
·         Tujuan Pendidikan
            Secara umum tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali merujuk ada firman Allah dalam surah Al-Dzariyat ; 56 “Tidaklah Aku ciptakan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku”. Al-Ghazali  mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi disisi Allah dan lebih luas kebahagiaanya di akhirat. (Madjid :2015). Dari pandangan tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menjalankan hakikat manusia untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.
            Pandangan Al-Ghazali terhadap tujuan pendidikan dibagi menjadi dua bagian yaitu, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
1.      Tujuan Jangka Panjang, yaitu mampu menjadikan  seorang semakin mendekatkan diri pada Allah. Sehingga pada prosesnya pendidikan harus berlandaskan kajian-kajian dan semua kesimpulan pembelajaran dikembalikan pada Allah Penguasa Alam semesta.
2.      Tujuan Jangka Pendek, adalah kompetens untuk meraih kedudukan didunia yang mengarah pada pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, dan kemulian dunia secara naluri. 
·         Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum menurut Al-Gazali terbagi atas 3 bagian, yaitu:
1.      Ilmu yang dibenci Allah, yaitu ilmu yang tidak bermanfaat baik didunia maupun diakhirat (sihir, nujum, dan ramalan).
2.      Ilmu yang cintai Allah, yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah, fiqih, dan syariat atau ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri pada Allah.
3.      Ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu, dan tercela apabila mempelajarinya secara mendalam karena akan menimbullkan masalah antara keyakinan dan keraguan dan dapat mengakibatkan kekafiran seperti ilmu filsafat.

·         Model Pengajaran
Metode pengajaran Al-Gazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pengajaran agama dan pengajaran akhlak. Model pengajaran agama dimulai dengan metode hapalan dan pemahaman, keyakinan dan kebenaran, penegakan dalil-dalil dan keterangan yang menguatkan aqidah. Untuk model pengajaran akhlak harus mengarah pada pembentukan akhlak yang mulia, sehingga model yang tepat adalah dengan memberikan latihan, nasihat, dan melindungi anak dari pergaulan yang buruk.
·         Kriteria Guru
Syarat dan tugas guru sebagai seorang yang memberikan dorongan dan bimbingan untuk membangun kompetensi siswanya menurut Al-Ghazali adalah:
1.      Memiliki rasa kasih saying pada siswanya
2.      Ikhlas dan tidak meminta imba atau upah dan hanya mengharap balasan dari Allah semata.
3.      Terbuka artinya tidak meninggalkan atau menutup-nutupi nasihat dari guru-guru sebelumnya yang bersifat nasihat yang positif.
4.      Mampu mendidik siswa untuk berprilaku terpuji dan menjauhi akhlak yang tidak terpuji
5.      Pembelajar yang baik dengan cara menghormati ilmu-ilmu yang dimiliki orang lain, diluar pengetahuannya dan keahliannya dikalangan muridnya
6.      Mengetahui kemampuan muridnya, sehingga mampu memberikan ilmu sesuai dengan kadar kemampuan dan pemahaman murid.
7.      Menyampaikan materi pembelajaran sesuatu dengan jelas,

3). Mohammad Syafei
·         Tujuan Pendidikan
Seperti yang kita ketahui Ki Hajar Dewantara dikenal dengan sekolah taman siswanya, dan Mohammad Syafei dikenal dengan Pendidikan INS Kayu Tanam. INS adalah singkatan Indonesia Nederlandche School. Konsep dasar pendidikan INS Kayu Tanam berpusat pada pendidikan Humanis-Religius. Dasar pendidikan INS Kayu Tanam dari segi humanis anatar lain kemanusiaan, kesusilaan, kerakyatan, berperasaan tajam, halus, estetis, emosional. Sedangkan dari sisi religious pendidikan INS Kayu Tanam mengarahkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa percaya pada diri sendiri juga kepada Tuhan, dan berakhlak mulia. Pendidikan Religius tercermin pada kegiatan yang mengajarkan anak didik untuk memahami hakikat kehidupannya didunia sehingga dapat mendekatkan diri pada Allah.  Tujuan pendidikan humanis INS Kayu Tanam mencakup kemerdekaan dimana harus membawa kebermanfaatn bagi masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan tujuan pendidikan INS Kayu Tanam yaitu menanamkan kepercayaan terhadap diri anak untuk dapat membawa pembaharuan dalam masyarakat dalam upaya menjalankan nilai-nilai religius.
Kurikulum Pendidikan
Program pendidikan humanis tercermin pada beberapa program pendidikan yang diselenggarakan INS Kayu Tanam yaitu, program pemberantasan buta huruf, mengutamakan pendidikan keterampilan yang harus diselesaikan dengan tangan, dan siswa dilatih membuat barang-barang yang berguna bagi keperluan hidup sehari-hari Program pendidikan keterampilan ini mencakup menggambar, menyanyi, kreatifitas hasil kerajinan tangan, olah raga. Tujuan dari program-program tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik lebih berbudaya, lebih manusiawi dalam pemanfaatan nikmat dan karuani alam, sehingga mampu mewujudkan manusia yang berkembang. Melalui pendidikan keterampilan ini juga diharapkan dapat memupuk minat dan potensi anak didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga anak semakin cekatan dan kreatif.  Dari segi pendidikan religius program nyata dalam INS Kayu Tanam kurang terlihat,   namun diaplikasikan dari sendi-sendi proses pengajaran yang berasaskan keTuhanan dengan meyakini keEsaan Allah.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang ditanamankan dalam pendidikan INS Kayu Tanam memiliki asas-asas yaitu berfikir dan rasional keaktifan dan kegiatan, pendidikan Masyarakat, memperhatikan pembawaan anak, dan menentang intelektualisme. Dari metode pengajaran syafei ini dapat gambarkan bahwa metode pembelajaranya bersifat penyelesaian masalah yang menakankan pada olah pikir dan memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, tidak memaksakan anak untuk pintar, namun lebih menekankan anak untuk dapat menyelesaian permaslahan dengan kreatif dan solutif.
Kompetensi Guru
Peran pendidik dalam proses pembelajaran menurut Syafei adalah guru harus berorientasi pada tujuan pendidikan,  memahami dan melakukan pendakatan pada siswa, membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran, membimbing siswa (penasehat, teman belajar dan tidak otoriter), menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, mengarahkan pembelajaran pada pemecahan masalah, dan menciptakan iklim belajar yang demokratis dan kooperatif.
4). John Dewey
Tujuan Pendidikan
John Dewey merupakan penganut teori pragmatisme yang memandang kebenaran sebuah teori tergantung pada kebermanfaatn teori bagi manusia dalam kehidupannya. Definisi pendidikan menurut Dewey merupakan suatu bentuk proses, manusia berusaha untuk mengenal dirinya. Dengan kata lain pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus. Untuk itu hal yang paling penting dalam proses pendidikan adalah meningkatkan kualitas lembaga-lembaga yang mendidik manusia dan isi pendidikan yang meliputi managemen dan pelaksanaan pembelajaran agara dapat meningkatkan minta dan motivasi anak didik untuk belajar.


Kurikulum Pendidikan
John Dewey mengatakan bahwa unsur terpenting dalam pendidikan adalah mengenai menempatkan siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuannya. Sehingga isi pembelajaran dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Menurut Dewey yang merupakan pragmatisme mengatakan bahwa kurikulum dan isi pembelajaran seharusnya tidak dibagi ke dalam bidang mata pelajaran yang bersifat membatasi pengeksplorasian kompetensi dan tak wajar. Kurikulum seharusnya disesuaikan dengan yang muncul dari pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan dalam pengungkapkan sebuah teori. Menurut Dewey pelajaran seni, sejarah, matematika, membaca, dan lain-lainnya dapat disusun ke dalam teknik problem solving yang berguna untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terkait pengalaman sehari-hari.

Metode Pengajaran
Secara spesifiak Dewey membangi metode pengajaran menjadi 2 yaitu Metode penanaman disiplin dan kerjasama kelompok. Pengajaran menurut Dewey adalah upaya menanamkan disiplin dengan cara tidak memaksa dan lebih membimmbing anak dalam pembelajaran. Dewey berpendapat bahwa tidak ada sesuatu tindakan yang baik dan benar secara obyektif dalam mendidik. Sehingga disiplin dalam pendidikan belumlah cukup dalam mendukung pendidikan yang baik. Perlu adanya usaha belajar bersama orang lain dalam proses kerjasama. Realisasinya pada pendidikan saat ini kerja sama masuk dalam salah satu kompetensi abad 21 yaitu kolaborasi. Dengan belajar bersama Dewey berharap tujuan pendidikan dapat dicapai.

Kompetensi Guru
Menurut Dewey guru bukan seseorang yang mengetahui semua yang dibutuhkan siswa di masa depan sehingga sesungguhnya guru juga merupakan pembelajar dari situasi dan siswa yang terus menerus berubah. Namun guru adalah orang yang berpengalaman sehingga ia mampu memberi bimbingan dan arah kepada peserta didik untuk dapat menjalani masa depan. Dalam metode pengajaran dengan disiplin berarti seseorang guru mengarahkan pelajaran dengan disiplin pula. Cara yang dilakukan seorang guru dalam pembelajarannya adalah;
1.      Tidak memaksakan peserta didik dalam belajar namun membangkitkan minat anak
untuk dapat mencapai ketuntasan saat pembelajaran.
2.         Menggunakan berbagai pendekatan dalam belajar karena setiap anak memiliki minat dalam belajar yang berbeda-beda.
3.          Guru harus menciptakan situasi di kelas yang kondusif sehingga setiap siswa turut berpartisipasi dalam proses belajar.

4.         Pembelajaran berpusat pada siswa dan menekankan pembelajaran yang lebih bermakna dari hasil berpengalaman yang dialaminya

B.  PERBANDINGAN KONSEP PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN


Konsep pendidikan
Tokoh Pendidikan
Al Gazali
Ki Hajar
Dewantara
John Dewey

Mohammad Syafei
Persamaan:
Metode pengajran menitik beratkan pada proses yang dibangun dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks dan didasarkan pada pengalam yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
Menempatkan guru sebagai pembimbing siswa untuk mencapaai kecakapan dalam hidup sehingga dapat menjalankan kehidupan dimasa akan datang dengan baik
Pembelajaran ditekankan pada proses pemecahan masalah dan kebermanfaatan ilmu pegetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Perbedaan :
1
Tujuan Pembelajaraan


Berorientasi pada keseimbangan antara kompetensi dunia dan akhirat
Orientasi pada pencapaian kompetensi dunia
Orientasi pada pencapaian kompetensi dunia
Tingakatan orientasi dunia diatas orientasi akhirat
2

Kurikulum

Isi pembelajaran harus mampu mendekatkan diri pada Allah dan mengutamakan apa yang dicintai dan apa yang dibenci Allah
Sistem among (sistem yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan).

Isi pembelajaran tidak dibagi ke dalam mata pelajaran yang bersifat membatasi pengeksplorasian diri siswa
Kompetensi kesenian siswa dianggap penting dan perlu di tumbuhkan

C. KONSTRIBUSI PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN BAGI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1.      Al-Ghazali
Konstrubusi Pemikiran Al-Gazali tertuang pada kurikulum 2013 dimana menematkan kompetensi nilai-nilai religious diatas kompetensi lainnya yang bersifat duniawi. Sehingga untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak cukup dengan cara menerapkan sistem pendidikan yang memisahkan antara ilmu-illmu keduniaan dari nilai-nilai dan sikap religius, juga bukan sistem islam yang konservatif. Tapi, sistem pendidikan yang terintegrasi antara nilai-nilai dan sikap religius dan ilmu-ilmu dunia yang hakikatnya mengkaji kekuasaan AllahSehingga mewujudkan sebuah sistem yang bisa membentuk manusia menjadi khalifah yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.
2.      Ki Hajar Dewantara
Prinsip belajar Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan 3N (Niteni, Nirokake, dan Nambahi) tertuang dalam proses pembelajaran yaitu apersepsi dan kegiatan inti yang berupa kegiatan analisis dan pengujian sebuah teori untuk menemukan ilmu pengetahuan yang baru atau memperbaiki permasalahan yang ada. Pelaksanaan pendidikan merdeka yang digalakan oleh Ki Hajar Dewantara juga tertuang dalam pembelajaran yang berupa sama-sama bekerja sama (kolaboratif) dalam penyelesaian masalah sama untuk membebaskan diri dari kebodohan menuju masyarakat yang berkompeten. Dari segi kompetensi guru pandangan terhadap kempetensi guru mengarah pada tut wuri handayani "Ing ngarso sung tulodo, diaman seorang guru harus menjadi contoh panutan bagi siswanya, Ing madyo mangun karso, adalah tugas seorang guru dalam membimbing dan meningkatkan hasil belajar siswa, dan Tut wuri handayani, artinya yang di belakang memberi dorongan, guru berperan sebagai pendorong bagi siswa untuk meotivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Model pembelajarannya pun tertuang dalam metede pembelajran yang menekankan pada peenggalian potensi dan memberikan pengalam sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan berorientasi pada penemuan suatu teori tau ilmu pengetahuan. Selain itu juga terwudud dalam proses mengkomunikasikan yang menurut  Ki Hajar Dewantara masuk dalam fase pertanggung jawaban dimana dalam fase ini antar antar individu atau kelompok dalam saling bertukar pikiran untuk memerkaya pemahaman dan menemukan kesalahan dan melakukan perbaikan hasil.
4). John Dewey
Konstribusi John Dewey memberikan pandangan pada pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus dan ini tertuang pada pembelajran dimana pembelajaran harus mampu menghubungkan materi pembelajran dengan pengalaman sehari-hari. Selanjutnya metode pengajaran yang diambil dari Dewey adalah metode belajar kelompok (kolaborasi) dalam penyelesaian masalah. Selain itu menurut Dewey dalam pembelajran harus menggunakan berbagai pendekatan karena seorang guru tidak menghadapi 1 anak saja dan memiliki minat dan kemampuan yang beragam, sehingga penyampaian materinya pun harus variatif. Hal ini tercermin pada model pembelajaran dimana dalam suatu model pembelajran yang dilakukan guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja namun juga bisa dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, experiment dan lain-lain.

4). Mohammad Syafei
Pemikiran Mohammad Syafei terhadap pendidikan humanis-religius juga tertuang pada pendidikan nasional dimana dalam kurikulum pendidikan juga menekankan pendidikan religius dan hamunis yang tertuang dalam kompetensi sikap (kemanusiaan, kesusilaan, kerakyatan, emosional) dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan (berperasaan tajam, halus, estetis). Konsep pendidikan Syafei juga yang paling ditekankan adalah pendidikan keterampilan dimana mengutamakan kreatifitas siswa dalam dalam mengolah sebuah produk untuk menjadi barang yang berguna dalam kehidupan. Pandangan Syafei ini saya rasa juga salah satu dasar landasan didirikannya sekolah-sekolah tinggi kesenian dimana Syafei begitu menekankan keterampilan yang diselesaikan dengan tangan seperti menngambar, sekolah muski dan sekolah-sekolah seni lainnya. Dalam model pembelajaran penggunaan teori menurut syafei salah satuanya adalah berfikir dan rasional merupakan gambaran dari kompetensi berfikir kreatif dan kritis yang saat ini dicanangkan pemerintah. Selalan dengan kompetensi guru menurut syafei bahwa guru tidak hanya bertugas mengajar materi pelajaran namun harus mampu mengarahkan pemeblajaran dalam pemecahan masalah. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAJIAN MASA DEPAN (FUTUROLOGY)

PENTINGNYA KAJIAN MASA DEPAN (FUTUROLOGY) DALAM PEDAGOGI Istilah futurologi dikaitkan dengan istilah-istilah riset masa depan ( future research ), studi masa depan ( future studies ), dan riset kebijakan, Futurologi dapat diartikan sebagai kajian atau studi tentang berbagai kecenderungan yang mungkin terjadi di masa depan. Kajian futurologi menjadi sangat penting bagi pedagogi karena melalui kajian ini kita bisa menyiapkan, membangun proses, dan berusaha mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan masa depan yang memiliki tantangan global yang belum dapat diprediksi. Apabila kajian tentang futurology tidak digunakan maka sudah menjadi barang pasti kompetensi anak-anak akan sangat jauh tertinggal dan tidak dapat bersaing dengan masyarakat global. Untuk mengimplementasikan kajian futurology ini dibutuhkanlah sebuah system yang dapat bertanggung jawab atas perkembangan komppetensi anak, melalui pendidikan. Pendidikan diharapkan dapat menyiapkan generasi bangsa yang dapat menghadapi dunia g...

PERSPEKTIF RELIGI TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN

MAKALAH PERSPEKTIF RELIGI TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Landasan Pedagogi   M FURQON NOVIANA PUTRI    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG OKTOBER, 2017 KATA PENGANTA R DAN UCAPAN TERIMAKASIH              Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah , Rabb semesta alam , Pembuat gelap dan terang, yang menguasai hati, pikiran hingga setiap hembusan nafas, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perspektif Religi Tentang Hakikat Pendidikan” ini . Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan bagi Rasulullah, keluarga, para sahabat dan siapa saja yang meneladani Rasullulah Muhammad S.A.W  dengan baik hingga hari kiamat . Makalah   ini merupakan salah satu tugas yang diselesaikan untuk m...