A. PANDANGAN PENDIDIKAN MENURUT TOKOH-TOKOH
1). Ki Hajar
Dewantara
Prinsip Belajar
Penafsiran konsep pedidikan Ki Hajar Dewantara dibidang
ide pendidikan merdeka, kodrat alam dan pendidikan anak-anak dipengaruhi oleh
Frobel dan Montesori. Prinsip belajar Menurut
Ki Hajar Dewantara atau yang lebih dikenal dengan 3N yaitu Niteni,
Nirokake, dan Nambahi.
a.
Niteni
Niteni merupakan
kemampuan untuk mencermati, mengenali, dan menangkap makna (sifat, ciri,
prosedur, dan kebenaran) suatu objek. Hal ini dapat diartikan merupakan proses
perencanaan dan penemuan makna sifat, ciri, prosedur, dan kebenaran) melalui
pengamatan indrawi.
b.
Nirokake, dan Nambahi.
Nirokake merupakan
proses meniru suatu pandangan yang dilihatnya, sedangkan nambahi meruakan
proses menambahkan sebuah objek yang telah melewati tahapan niteni dan
nirokake. Pembahasan menganai kedua prinsip Nirokake, dan Nambahi selalu
beriringan mengingat berada dalam tatanan bahasa yang sama yaitu aplikasi
perolehan proses materi. Perbedaanya hanya pada kadar dan keaktifannya. Dari
prinsip ini akan timbul proses kreatif fan inovatif untuk memberi warna pada
model yang ditiru.
Pelaksanaan Pendidikan
Pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara dilaksanakan menurut system among yaitu suatu system yang
berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu kodrat alam dan
kemerdekaan.
a.
Kekeluargaan adalah sendi yang bernilai menumbuhkan
rasa aku dan rasa kita, yang berupaya membangun manusia berjiwa social.
Atmosfir pendidikan harus bersifat keluarga dimana antara guru dan siswa
selayaknya seperti hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga
b.
Kodrat alam merupakan keadaan lahir dan batin mengenai
hidup rohani dan jasmani baik buruk maupun baik yang menjadi pembawaan anak
ketika lahir didunia. Pendidikan merupakan langkah untuk menuntun hidup rohani
dan jasmani agar dapat tumbuh dengan baik, dan meminimalisir pembawaan buruk.
c.
Kemerdekaan adalah upaya membangun budi pekerti anak
dengan cara pembelajaran, teladan dan pembiasaan dan tidak disertai kekerasan. Kemerdekaan
ini didasarkan karena Ki Hajar Dewantara hidup di jaman penjajahan sehingga
idealisme pendidikan menurutnya harus mampu membawa bangsa ini merdeka.
Kompetensi seorang Guru
Sistem among menurut
cara berlakunya juga disebut Tut Wuri Handayani, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani". Secara umu prinsip tersebut menunjukkan sikap guru selaku pemimpin bagi siswa-siswanya.
1.
Ing ngarso sung tulodo, artinya yang di depan memberi contoh. Artinys seorang guru
harus mampu memberi suri tauladan yang baik pada siswa-siswanya karena anak-anak belajar dari apa
yang dilihatnya.
2.
Ing madyo mangun karso, artinya yang di tengah membangun. Artinya seorang guru
bertugas untuk
memberi ide, inovasi dan dukungan pada siswa dalam pembelajaran dikelas.
3.
Tut wuri handayani, artinya yang di belakang memberi dorongatinya seorang guru
haarus mampu memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
Ki Hajar Dewantara selalu menanamkan sekolah
sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Sebab itulah ia mendirikan taman siswa,taman belajar yang
merupakan sekolah yang menyenangkan agar anak-anak tidak takut ke sekolah.
Metode Pembelajaran
Ki Hajar Dewantara menjelaskan sistem Among dilaksanakan dengan
cara-cara mendidik, secara umum proses pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara harus berlandaskan pada pengalaman dari
kehidupan sehari-hari, pembiasaaan, demonstrasi, metode pemecahan masalah,
memberi contoh, dan inquiry terbimbing.
Model Pembelajaran Among
Dalam menjalankan
prinsip 3N sebagai proses belajar dapat didesain suatu model “Model Pembelajran
Among” yang mencakup
1. Fase Perencanaan yang
dimaksud adalah perencanaan isi, proses dan evalusi. Perencanaan isi harus
diisi dengan pembelajaran yang problem solving, mampu meningkatkan motivasi dan
minat belajar siswa. Proses pembelajaran harus menekankan pada aktifitas siswa didalam
kelas.
2. Fase Penciptan
Atmosfir Merdeka diartikan sebagai upaya guru dalam menciptakan suasana belajar
yang tidak didasari atas paksaan dan tidak dilandaskan pada paksaan karena
takut pada hukuman.
3. Fase Amon, artinya
pembelajaran harus mampu mengarahkan siswa pada
penyelesaian problem solving, dan olah fikir.
4.
Fase Pertanggung jawaban, dalam fase siswa dituntut untuk
mengkomunikasikan hasil dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan agar
dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih maskimal
2). Al-Gazali
·
Tujuan Pendidikan
Secara umum tujuan pendidikan
menurut Al-Ghazali merujuk ada firman Allah dalam surah Al-Dzariyat ; 56 “Tidaklah Aku ciptakan manusia melainkan
agar beribadah kepada-Ku”. Al-Ghazali
mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat
menggunakan dunia untuk tujuan akhirat sehingga orang tersebut derajatnya lebih
tinggi disisi Allah dan lebih luas kebahagiaanya di akhirat. (Madjid :2015).
Dari pandangan tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menjalankan hakikat
manusia untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.
Pandangan Al-Ghazali terhadap tujuan
pendidikan dibagi menjadi dua bagian yaitu, tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek
1. Tujuan Jangka Panjang, yaitu mampu
menjadikan seorang semakin mendekatkan
diri pada Allah. Sehingga pada prosesnya pendidikan harus berlandaskan kajian-kajian dan semua kesimpulan pembelajaran dikembalikan
pada Allah Penguasa Alam semesta.
2. Tujuan Jangka Pendek, adalah kompetens
untuk meraih kedudukan didunia yang
mengarah pada
pangkat, kedudukan, kemegahan, popularitas, dan kemulian dunia secara naluri.
·
Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum menurut Al-Gazali terbagi atas 3
bagian, yaitu:
1. Ilmu yang dibenci
Allah, yaitu ilmu yang tidak bermanfaat baik didunia maupun diakhirat (sihir,
nujum, dan ramalan).
2. Ilmu yang cintai
Allah, yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah, fiqih, dan syariat atau ilmu-ilmu
yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri pada Allah.
3. Ilmu yang terpuji
dalam kadar tertentu, dan tercela apabila mempelajarinya secara mendalam karena
akan menimbullkan masalah antara keyakinan dan keraguan dan dapat mengakibatkan
kekafiran seperti ilmu filsafat.
·
Model Pengajaran
Metode pengajaran Al-Gazali dapat dibagi menjadi
dua bagian antara pengajaran agama dan pengajaran akhlak. Model pengajaran agama
dimulai dengan metode hapalan dan pemahaman, keyakinan dan kebenaran, penegakan
dalil-dalil dan keterangan yang menguatkan aqidah. Untuk model pengajaran
akhlak harus mengarah pada pembentukan akhlak yang mulia, sehingga model yang
tepat adalah dengan memberikan latihan, nasihat, dan melindungi anak dari
pergaulan yang buruk.
·
Kriteria Guru
Syarat dan tugas guru sebagai seorang yang
memberikan dorongan dan bimbingan untuk membangun kompetensi siswanya menurut
Al-Ghazali adalah:
1. Memiliki rasa kasih
saying pada siswanya
2. Ikhlas dan tidak
meminta imba atau upah dan hanya mengharap balasan dari Allah semata.
3. Terbuka artinya tidak
meninggalkan atau menutup-nutupi nasihat dari guru-guru sebelumnya yang
bersifat nasihat yang positif.
4. Mampu mendidik siswa
untuk berprilaku terpuji dan menjauhi akhlak yang tidak terpuji
5. Pembelajar yang baik
dengan cara menghormati ilmu-ilmu yang dimiliki orang lain, diluar
pengetahuannya dan keahliannya dikalangan muridnya
6. Mengetahui kemampuan
muridnya, sehingga mampu memberikan ilmu sesuai dengan kadar kemampuan dan
pemahaman murid.
7. Menyampaikan materi
pembelajaran sesuatu dengan jelas,
3). Mohammad Syafei
·
Tujuan Pendidikan
Seperti yang kita
ketahui Ki Hajar Dewantara dikenal dengan sekolah taman siswanya, dan Mohammad
Syafei dikenal dengan Pendidikan INS Kayu Tanam. INS adalah singkatan Indonesia
Nederlandche School. Konsep dasar pendidikan INS Kayu Tanam berpusat pada
pendidikan Humanis-Religius. Dasar pendidikan INS Kayu Tanam dari segi humanis
anatar lain kemanusiaan, kesusilaan, kerakyatan, berperasaan tajam, halus,
estetis, emosional. Sedangkan dari sisi religious pendidikan INS Kayu Tanam
mengarahkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa percaya pada diri sendiri juga kepada
Tuhan, dan berakhlak mulia. Pendidikan Religius tercermin pada kegiatan yang
mengajarkan anak didik untuk memahami hakikat kehidupannya didunia sehingga
dapat mendekatkan diri pada Allah. Tujuan pendidikan humanis INS Kayu Tanam
mencakup kemerdekaan dimana harus membawa kebermanfaatn bagi masyarakat. Sehingga
dapat disimpulkan tujuan pendidikan INS Kayu Tanam yaitu menanamkan kepercayaan
terhadap diri anak untuk dapat membawa pembaharuan dalam masyarakat dalam upaya
menjalankan nilai-nilai religius.
Kurikulum Pendidikan
Program pendidikan
humanis tercermin pada beberapa program pendidikan yang diselenggarakan INS Kayu
Tanam yaitu, program pemberantasan buta huruf, mengutamakan pendidikan
keterampilan yang harus diselesaikan dengan tangan, dan siswa dilatih membuat
barang-barang yang berguna bagi keperluan hidup sehari-hari Program pendidikan
keterampilan ini mencakup menggambar, menyanyi, kreatifitas hasil kerajinan
tangan, olah raga. Tujuan dari program-program tersebut diharapkan dapat
membantu peserta didik lebih berbudaya, lebih manusiawi dalam pemanfaatan
nikmat dan karuani alam, sehingga mampu mewujudkan manusia yang berkembang. Melalui
pendidikan keterampilan ini juga diharapkan dapat memupuk minat dan potensi
anak didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga anak semakin cekatan dan
kreatif. Dari segi pendidikan religius
program nyata dalam INS Kayu Tanam kurang terlihat, namun diaplikasikan dari sendi-sendi proses
pengajaran yang berasaskan keTuhanan dengan meyakini keEsaan Allah.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran
yang ditanamankan dalam pendidikan INS Kayu Tanam memiliki asas-asas yaitu berfikir
dan rasional keaktifan dan kegiatan, pendidikan Masyarakat, memperhatikan
pembawaan anak, dan menentang intelektualisme. Dari metode pengajaran syafei
ini dapat gambarkan bahwa metode pembelajaranya bersifat penyelesaian masalah
yang menakankan pada olah pikir dan memberi kebebasan kepada anak untuk belajar
sesuai dengan minat dan bakatnya, tidak memaksakan anak untuk pintar, namun
lebih menekankan anak untuk dapat menyelesaian permaslahan dengan kreatif dan
solutif.
Kompetensi Guru
Peran pendidik dalam
proses pembelajaran menurut Syafei adalah guru harus berorientasi pada tujuan
pendidikan, memahami dan melakukan
pendakatan pada siswa, membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran,
membimbing siswa (penasehat, teman belajar dan tidak otoriter), menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan, mengarahkan pembelajaran pada pemecahan masalah, dan menciptakan
iklim belajar yang demokratis dan kooperatif.
4). John Dewey
Tujuan Pendidikan
John Dewey merupakan penganut teori pragmatisme yang memandang kebenaran
sebuah teori tergantung pada kebermanfaatn teori bagi manusia dalam
kehidupannya. Definisi
pendidikan menurut Dewey merupakan suatu
bentuk proses, manusia berusaha
untuk mengenal dirinya. Dengan kata lain pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara
terus-menerus. Untuk itu hal yang paling penting dalam proses pendidikan adalah meningkatkan kualitas lembaga-lembaga yang mendidik manusia
dan isi pendidikan yang meliputi managemen dan pelaksanaan pembelajaran agara dapat meningkatkan minta dan
motivasi anak didik untuk belajar.
Kurikulum Pendidikan
John
Dewey mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam pendidikan adalah
mengenai menempatkan siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuannya. Sehingga isi pembelajaran dipilih dengan mengacu pada kebutuhan siswa. Menurut Dewey yang merupakan pragmatisme mengatakan bahwa
kurikulum dan isi pembelajaran seharusnya
tidak dibagi ke dalam bidang mata pelajaran yang bersifat membatasi pengeksplorasian
kompetensi dan tak wajar.
Kurikulum seharusnya
disesuaikan dengan yang muncul dari pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan dalam pengungkapkan
sebuah teori. Menurut Dewey pelajaran seni, sejarah, matematika, membaca, dan lain-lainnya dapat disusun ke dalam teknik problem solving yang berguna untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terkait pengalaman sehari-hari.
Metode Pengajaran
Secara spesifiak Dewey membangi metode pengajaran
menjadi 2 yaitu Metode penanaman disiplin dan kerjasama kelompok. Pengajaran
menurut Dewey
adalah upaya menanamkan disiplin dengan cara tidak memaksa dan lebih membimmbing anak
dalam pembelajaran. Dewey berpendapat
bahwa tidak ada sesuatu tindakan yang baik
dan benar secara obyektif dalam mendidik. Sehingga disiplin dalam pendidikan belumlah cukup dalam mendukung
pendidikan yang baik. Perlu adanya usaha belajar bersama orang lain dalam proses kerjasama. Realisasinya pada pendidikan saat ini kerja sama
masuk dalam salah satu kompetensi abad 21 yaitu kolaborasi. Dengan belajar
bersama Dewey berharap tujuan pendidikan dapat dicapai.
Kompetensi Guru
Menurut Dewey
guru bukan seseorang yang mengetahui semua yang dibutuhkan
siswa di masa depan sehingga sesungguhnya guru juga merupakan pembelajar
dari situasi dan siswa yang terus menerus berubah. Namun guru adalah orang yang
berpengalaman sehingga ia mampu memberi bimbingan dan arah kepada peserta didik
untuk dapat menjalani masa depan. Dalam metode pengajaran dengan disiplin berarti seseorang guru mengarahkan
pelajaran dengan disiplin pula. Cara yang dilakukan seorang guru dalam pembelajarannya adalah;
1. Tidak memaksakan peserta
didik dalam belajar namun
membangkitkan minat anak
untuk dapat mencapai ketuntasan saat pembelajaran.
2.
Menggunakan berbagai pendekatan dalam belajar karena setiap anak
memiliki minat dalam belajar yang berbeda-beda.
3.
Guru harus menciptakan situasi di kelas yang kondusif sehingga setiap siswa
turut berpartisipasi dalam proses belajar.
4.
Pembelajaran berpusat pada siswa dan menekankan
pembelajaran yang lebih bermakna dari hasil berpengalaman yang dialaminya
B. PERBANDINGAN KONSEP PEMIKIRAN
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN
Konsep pendidikan
|
Tokoh Pendidikan
|
||||
Al Gazali
|
Ki Hajar
Dewantara
|
John Dewey
|
Mohammad Syafei
|
||
Persamaan:
Metode pengajran
menitik beratkan pada proses yang dibangun dari hal yang sederhana menuju hal
yang kompleks dan didasarkan pada pengalam yang dialami peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari
|
|||||
Menempatkan guru
sebagai pembimbing siswa untuk mencapaai kecakapan dalam hidup sehingga dapat
menjalankan kehidupan dimasa akan datang dengan baik
|
|||||
Pembelajaran
ditekankan pada proses pemecahan masalah dan kebermanfaatan ilmu pegetahuan
dalam kehidupan sehari-hari
|
|||||
Perbedaan :
|
|||||
1
|
Tujuan Pembelajaraan
|
Berorientasi pada keseimbangan antara kompetensi
dunia dan akhirat
|
Orientasi pada pencapaian kompetensi dunia
|
Orientasi pada pencapaian kompetensi dunia
|
Tingakatan orientasi dunia diatas orientasi akhirat
|
2
|
Kurikulum
|
Isi pembelajaran harus mampu mendekatkan diri pada
Allah dan mengutamakan apa yang dicintai dan apa yang dibenci Allah
|
Sistem among (sistem yang berjiwa kekeluargaan dan
bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan).
|
Isi
pembelajaran tidak dibagi ke dalam mata pelajaran yang bersifat membatasi pengeksplorasian diri siswa
|
Kompetensi kesenian siswa dianggap penting dan perlu
di tumbuhkan
|
C. KONSTRIBUSI PEMIKIRAN
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN BAGI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1.
Al-Ghazali
Konstrubusi Pemikiran
Al-Gazali tertuang pada kurikulum 2013 dimana menematkan kompetensi nilai-nilai
religious diatas kompetensi lainnya yang bersifat duniawi. Sehingga untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tidak cukup dengan cara menerapkan sistem pendidikan yang
memisahkan antara ilmu-illmu keduniaan dari nilai-nilai dan sikap religius,
juga bukan sistem islam yang konservatif. Tapi, sistem pendidikan yang terintegrasi antara nilai-nilai dan sikap religius dan
ilmu-ilmu dunia yang hakikatnya mengkaji kekuasaan Allah. Sehingga mewujudkan sebuah sistem yang bisa membentuk manusia menjadi khalifah yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan
kaidah yang baik dan benar.
2. Ki Hajar Dewantara
Prinsip belajar Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan
3N (Niteni,
Nirokake, dan Nambahi) tertuang dalam proses pembelajaran yaitu apersepsi
dan kegiatan inti yang berupa kegiatan analisis dan pengujian sebuah teori
untuk menemukan ilmu pengetahuan yang baru atau memperbaiki permasalahan yang
ada. Pelaksanaan pendidikan merdeka yang digalakan oleh Ki Hajar Dewantara juga tertuang dalam
pembelajaran yang berupa sama-sama bekerja sama (kolaboratif) dalam
penyelesaian masalah sama untuk membebaskan diri dari kebodohan menuju
masyarakat yang berkompeten. Dari segi kompetensi guru pandangan terhadap
kempetensi guru mengarah pada tut wuri handayani "Ing ngarso sung tulodo, diaman seorang guru
harus menjadi contoh panutan bagi siswanya, Ing madyo mangun karso, adalah tugas seorang
guru dalam membimbing dan meningkatkan hasil belajar siswa, dan Tut wuri handayani, artinya yang di belakang memberi
dorongan, guru berperan
sebagai pendorong bagi siswa untuk meotivasi dan meningkatkan minat belajar
siswa. Model pembelajarannya pun tertuang dalam metede pembelajran yang
menekankan pada peenggalian potensi dan memberikan pengalam sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dan berorientasi pada penemuan suatu teori tau ilmu
pengetahuan. Selain itu juga terwudud dalam proses mengkomunikasikan yang
menurut Ki Hajar Dewantara masuk dalam fase
pertanggung jawaban dimana dalam fase ini antar antar individu atau kelompok dalam
saling bertukar pikiran untuk memerkaya pemahaman dan menemukan kesalahan dan
melakukan perbaikan hasil.
4). John Dewey
Konstribusi John Dewey memberikan pandangan pada pendidikan nasional
bahwa pendidikan adalah proses penggalian dan pengolahan pengalaman
secara terus-menerus dan ini tertuang pada pembelajran
dimana pembelajaran harus mampu menghubungkan materi pembelajran dengan
pengalaman sehari-hari. Selanjutnya metode pengajaran yang diambil dari Dewey
adalah metode belajar kelompok (kolaborasi) dalam penyelesaian masalah. Selain
itu menurut Dewey dalam pembelajran harus menggunakan berbagai pendekatan karena
seorang guru tidak menghadapi 1 anak saja dan memiliki minat dan kemampuan yang
beragam, sehingga penyampaian materinya pun harus variatif. Hal ini tercermin
pada model pembelajaran dimana dalam suatu model pembelajran yang dilakukan
guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja namun juga bisa dilakukan
dengan demonstrasi, diskusi, experiment dan lain-lain.
4). Mohammad Syafei
Pemikiran Mohammad
Syafei terhadap pendidikan humanis-religius juga tertuang pada pendidikan
nasional dimana dalam kurikulum pendidikan juga menekankan pendidikan religius
dan hamunis yang tertuang dalam kompetensi sikap (kemanusiaan, kesusilaan,
kerakyatan, emosional) dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan (berperasaan
tajam, halus, estetis). Konsep pendidikan Syafei juga yang paling ditekankan
adalah pendidikan keterampilan dimana mengutamakan kreatifitas siswa dalam
dalam mengolah sebuah produk untuk menjadi barang yang berguna dalam kehidupan.
Pandangan Syafei ini saya rasa juga salah satu dasar landasan didirikannya
sekolah-sekolah tinggi kesenian dimana Syafei begitu menekankan keterampilan
yang diselesaikan dengan tangan seperti menngambar, sekolah muski dan
sekolah-sekolah seni lainnya. Dalam model pembelajaran penggunaan teori menurut
syafei salah satuanya adalah berfikir dan rasional merupakan gambaran dari
kompetensi berfikir kreatif dan kritis yang saat ini dicanangkan pemerintah. Selalan
dengan kompetensi guru menurut syafei bahwa guru tidak hanya bertugas mengajar
materi pelajaran namun harus mampu mengarahkan pemeblajaran dalam pemecahan masalah.
Komentar
Posting Komentar